Buku Saku Hukum Keyakinan Sial Terhadap Sesuatu (Pustaka Ibnu Umar)

Buku Saku Hukum Keyakinan Sial Terhadap Sesuatu (Pustaka Ibnu Umar)

Beli Produk Ini

Rp 9.500

Product Description

Buku Saku Hukum Keyakinan Sial Terhadap Sesuatu

Abdurrahman Hasan Balfas, Lc, Pustaka Ibnu Umar

Di zaman sekarang, zaman yang sudah sangat maju pesat, Namun, entah kenapa, khurafat-khurafat (dongeng yang tidak masuk akal) jahiliyyah masih saja diadopsi oleh sebagian kaum muslimin, walaupun mereka sudah menyandang  pendidikan tinggi. Keyakinan ini tercermin dari ungkapan mereka, “Kalau ada burung gagak (burung hantu), tandanya akan ada orang yang meninggal.” Atau “Jika nabrak kucing pasti akan  ditimpa kesialan.” Atau ucapan, “Kalau menikah di bulan Muharram (Suro, bulan Jawa), maka pernikahannya tidak akan bahagia.” Secara logika, semua hal yang dikatakan sial, tidak realistis. Tidak ada hubungannya antara penampakan gagak dengan kematian seseorang. Keyakinan sial terhadap sesuatu di dalam  Islam disebut tathayyur atau thiyarah, Islam memandang at-Tathayyur sebagai perbuatan syirik asghar (syirik kecil).

Menganggap Sial; Kebiasaan Jahiliyyah

Allah Ta’ala berfirman,

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Surat al-A’raf: 131).

Al-Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan di dalam kitab tafsirnya, “Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, “Ini disebabkan (usaha kami); yaitu kemakmuran, kesuburan dan rezeki yang mereka dapatkan, mereka mengatakan: “Ini adalah sesuatu yang memang kami berhak mendapatkannya karena usaha kami. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka melemparkan sebab kesialan itu kepada Musa ‘alaihissalam dan orang-orang yang ditimpa kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya, yaitu mereka ditimpa kekeringan dan kesulitan mereka mengatakan, “Kekeringan dan kesulitan ini disebabkan Musa dan para pengikutnya serta ajaran yang mereka bawa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ. ثَلاَثًا: وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

“Beranggapan sial adalah kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan”. Beliau menyebutnya sampai tiga kali. Kemudian Ibnu Mas’ud berkata, “Tidak ada yang bisa menghilangkan sangkaan jelek dalam hatinya. Namun Allah-lah yang menghilangkan anggapan sial tersebut dengan tawakkal.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ عَدْوَى ، وَلاَ طِيَرَةَ ، وَيُعْجِبُنِى الْفَأْلُ . قَالُوا وَمَا الْفَأْلُ قَالَ كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ »

“Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah) dan tidak dibenarkan beranggapan sial. Sedangkan al fa’lu membuatkan takjub.” Para sahabat bertanya, “Apa itu al fa’lu?” “Kalimat yang baik (thoyyib)”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Judul Buku : (Saku) Hukum Keyakinan Sial Terhadap Sesuatu
Penulis : Abdurrahman Hasan Balfas, Lc
Penerbit : Pustaka Ibnu Umar
Format Buku : Softcover
Dimensi Buku : Ukuran buku saku 10,5 cm x 15 cm, tebal buku 48 halaman, berat buku 150 gram