Buku Empat Kaedah Memahami Tauhid

Buku Empat Kaedah Memahami Tauhid

Beli Produk Ini

Old Price: IDR 16.000,00
Rp 13.000
You save: IDR 3.000,00! (18.75%)

Product Description

Buku Empat Kaedah Memahami Tauhid

Buku ini  adalah syarah (penjelasan) dari karya-karya Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah yang aku sampaikan pada kajian ilmiah setiap pekan. Kemudian asy-Syaikh Abdus Salam as-Sulaiman telah melakukan upaya pentranskipan dari kaset rekaman, selanjutnya mentakhrij hadits-hadits yang saya bawakan dalam syarah tersebut hingga siap untuk dicetak. Setelah Syaikh Abdus Salam selesai melakukan upaya-upaya tersebut, kemudian saya muraja’ah (meneliti ulang) kembali, baru setelah itu saya ijinkan beliau menerbitkannya agar bisa diambil faidah darinya. Wallahu Waliyut Taufiq.

Lain Dulu, Lain Sekarang ...

Kaedah Keempat: Bahwa kaum musyrikin pada zaman kita ini lebih dahsyat dan lebih kental kesyirikannya daripada kaum musyrikin pada zaman dahulu. Sebab kaum musyrikin terdahulu hanya berbuat syirik ketika dalam keadaan lapang dan mengikhlaskan ibadah dikala sempit. Adapun kaum musyrikin pada zaman kita, kesyirikan mereka terus menerus baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (Surat al-Ankabut: 65)

Sebab hal ini sangat jelas yaitu bahwa Allah Azza wa Jalla mengabarkan bahwa kaum musyrikin zaman terdahulu mengikhlaskan ibadah kepada Allah semata apabila dalam keadaan sempit. Sehingga mereka tidak menyeru kepada selain Allah Ta’ala dikarenakan mereka tahu bahwa tidak ada yang mampu mengentaskan mereka dari kesempatan tersebut kecuali Allah semata, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ ۖ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ ۚ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.” (Surat al-Israa’: 67)

Dan dalam ayat yang lain,

وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Surat Luqman: 32)

Yakni, mengikhlaskan do’a hanya kepadanya,

فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ

“Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus.” (Surat Luqman: 32)

Kaum musyrikin pada zaman dahulu hanya mempersekutukan Allah tatkala senang, di saat itulah mereka menyeru berhala-berhala, bebatuan, dan pepohonan. …….

Adapun kaum musyrikin zaman ini, kesyirikan yang terjadi pada umat Muhammad berlangsung terus menerus, baik dalam kelapangan maupun kesempitan. (Selengkapnya pada hal.91-94)

Buku cetak edisi softcover, tebal buku 94 halaman, ukuran buku 12 x 18 cm, dan dengan berat 191 gram.
Penulis: Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan
Penerbit: Maktabah Al-Ghurobah