Buku Bekal Hidup Muslim (Akbar Media)

Buku Bekal Hidup Muslim (Akbar Media)

Beli Produk Ini

Old Price: IDR 65.500,00
Rp 52.400
You save: IDR 13.100,00! (20.00%)

Product Description

Buku Bekal Hidup Muslim Akbar Media

Ibnul Qayyim sudah luas dikenal pamornya sebagai seorang ulama di abad pertengahan. Ia murid utama dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, seorang reformis besar Islam (Mujaddid) pada masanya. Banyak para ulama yang belajar padanya, seperti Imam Ibnu Katsir, Ibnu Hajar al-Atsqalani, dan Ibnu Hajar al-Hanbali rahimahumullah jami’an.

Bekal Terbaik

Jika Anda mencari bekal terbaik yang pernah ada, maka tidak salah, jika Anda memilih untuk menyunting buku ini dan membawanya ke rumah. Sebab, beragam faidah ada padanya. Ada apa saja … Penulis mengawalinya dengan bab rukun Islam, dimulai dari seputar wudhu Nabi, Sifat shalat Nabi baik yang fardhu maupun yang sunnah; ibadah saat safar; tuntunan dalam membaca al-Qur’an; dan adab berkunjung kepada orang yang sakit dan tuntunan dalam penyelenggaraan jenazah. Disusul dengan pembahasan rukun Islam (Zakat, Puasa,dan Haji). Lalu memasuki bab ketiga, penulis membawakan bab jihad dan peperangan. Sedangkan di dua bab terakhir, penulis menyajikan pengobatan menurut Nabi dan keputusan-keputusan hukum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

All About I’tikaf

I’tikaf merupakan ritual yang berdalil dan dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya saat akhir Ramadhan. Dan bukan ritual yang dikenal di masa ini dari masjid ke masjid selama 3 hari, 3 bulan, dan bilangan-bilangan semodelnya. Imam Ibnul Qayyim menjelaskan, “Maksud i’tikaf ialah mengkonsentrasikan hati supaya beribadah penuh pada Allah. I’tikaf berarti seseorang menyendiri dengan Allah dan memutuskan dari berbagai macam kesibukan dengan makhluk. Yang beri’tikaf hanya berkonsentrasi beribadah pada Allah saja. Dengan hati yang berkonsetrasi seperti ini, ketergantungan hatinya pada makhluk akan berganti pada Allah. Rasa cinta dan harapnya akan beralih pada Allah. Ini tentu saja maksud besar dari ibadah mulia ini. Jika maksud i’tikaf memang demikian, maka berarti i’tikaf semakin sempurna jika dilakukan dengan ibadah puasa. Dan memang lebih afdhal dilakukan di hari-hari puasa.”

Dua Raka’at Sesudah Witir, Adakah?

Barangkali ini suatu polemik yang diperbincangkan di kalangan kaum muslimin dan penulis membahasnya pada halaman 40-46 (cuma dalam ringkasan ini disebutkan secara ringkas). Adapun dalil yang beliau pakai, dari Abu Salamah, ia berkata bahwa beliau pernah bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengenai shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Aisyah berkata,

كَانَ يُصَلِّى ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يُوتِرُ ثُمَّ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَرَكَعَ ثُمَّ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ بَيْنَ النِّدَاءِ وَالإِقَامَةِ مِنْ صَلاَةِ الصُّبْحِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat (malam) sebanyak 13 raka’at. Beliau melakukan 8 raka’at, lalu diikuti shalat witir, kemudian beliau mengerjakan shalat lagi dua raka’at dalam keadaan duduk. Jika beliau hendak ruku, beliau berdiri dan kemudian ruku’. Beliau juga mengerjakan dua raka’at antara adzan dan iqamah shalat Shubuh.” (HR. Muslim, no. 738).

Buku Bekal Hidup Muslim (Mukhtashar Zaadul Ma’ad), Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, penerbit Akbar Media.