Buku 10 Jurus Penangkal Sihir, Dengki, Dan ‘Ain

Buku 10 Jurus Penangkal Sihir, Dengki, Dan ‘Ain

Beli Produk Ini

Old Price: IDR 5.000,00
Rp 4.000
You save: IDR 1.000,00! (20.00%)

Product Description

Buku 10 Jurus Penangkal Sihir, Dengki, Dan ‘Ain

Berlindung Kepada Allah Dari Kejahatannya

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

“Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (Surat al-Falaq: 1-5)

Meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta naungan dari-Nya merupakan inti dari surat ini. Allah Ta’ala Maha Mendengar terhadap bisikan hamba yang berlindung kepada-Nya, Dia Maha Mengetahui atas apa yang daripadanya si hamba berlindung kepada-Nya.

Maksud dari kata ‘mendengar’ di sini ialah mendengar sekaligus mengabulkan dan bukan sekedar mendengar. Sebagaimana sabda Nabi, “Sami’allahu liman hamidah (Allah mendengar / memperkenankan do’a orang yang memuji-Nya).”

Demikian juga perkataan al-Khalil (Ibrahim):

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Surat Ibrahim: 34)

Kadangkala Allah mengaitkan sifat Mendengar dengan sifat Mengetahui dan kadang pula mengaitkannya dengan sifat Melihat. Hal ini sesuai dengan tuntunan keadaan orang yang berlindung kepada-Nya. Tatkala seorang hamba minta perlindungan atas musuh yang dia tahu bahwa Allah melihatnya dan tahu akan kejahatan serta tipu dayanya, maka Allah mengabarkan kepada hamba tersebut bahwa Dia mendengar permintaannya (yakni memperkenankannya) dan Dia tahu akan tipu daya musuhnya. Dia melihat dan mengawasinya, sehingga besarlah harapan si hamba akan perlindungan Allah dan hatinya pun tergerak untuk bermunajat kepada-Nya.

Cobalah Anda renungkan kecermatan bahasa al-Qur’an ketika menyinggung tentang bagaimana meminta perlindungan dari Setan yang kita yakini keberadaannya namun tidak kita lihat wujudnya, dengan menggunakan lafadz 'as-Samii'ul 'Aliim' (Yang Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui) sebagaimana terdapat dalam surat al-A'raf dan as-Sajdah. Namun, ketika menyinggung tentang bagaimana meminta perlindungan dari kejahatan manusia yang terlihat dengan mata, ia menggunakan lafazh 'as-Samii'ul Bashir’ (Yang Maha Mendengar Lagi Maha Melihat), sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ ۙ إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلَّا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ ۚ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Surat Ghafir / al-Mu’min: 56)

Hal ini karena perbuatan manusia adalah perbuatan yang kasat mata, sedangkan gangguan Setan merupakan angan-angan dan bisikan yang dicampakkan  ke dalam hati manusia, dan ini berkaitan dengan sifat Mengetahui.

Buku cetak edisi softcover, tebal buku44 halaman, ukuran buku 12 x 18 cm, dan dengan berat 44 gram.
Penulis: Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Penerbit: At-Tibyan